Sunday, October 20, 2013

Puisi telah memilihmu, bersedialah untuk bersetia. - AI.


Buku puisi Adimas Immanuel akhirnya mendarat di kayu kayu meja belajarku. Menyatu dengan teman sejawatnya di puncak rak buku, di pucuk tumpukan. Seketika mataku berbinar bangga dihadiahi tanda tangan dan sepatah kata dari si penulis, kemudian hanyut-lebur akan puisi.


Saya ingin berbagi satu di antaranya. Yang sesuai judul saja, ya.

Pelesir Mimpi

Sungguh tak ada bayangan yang letih
mengikuti tuannya selain bayanganku.

Sementara aku disibukkan oleh apa
yang harus dipersiapkan jika tiba saatnya
kenangan merengek minta kaumerdekakan.

Sungguh tak dibutuhkan tas yang besar
tuk membawa tubuhku yang ringkas ini.
Aku bisa melipat dan menyelipkannya di
tumpukan baju dan foto lama ayah-ibu.

Nanti jika ada laut dan hutan yang menari
di surga pasir putih dadamu, kenalilah.
mereka ingatan-ingatan yang bertamasya
di antara bayang-bayang trauma dan trakoma.

Maka sebelum kematian byar-pet di mataku
biar aku mengabadikanmu, yang mengabaikanku.

***

Kelak jika kamu punya bukunya. Saya rekomendasikan para judul yang saya favoritkan: Kinanthi; Maskumambang; Memoar: Asing Dalam Sandiwara Masing-Masing; Penyair di Atas Segala Penyair; Riwayat Ikan dan Burung; Jika Cinta Benar-Benar Beralih dari Kita; Aku Sengaja Membiarkanmu Menebak Apa Maksudnya. (dan mungkin sepersekian lainnya yang belum terbaca makna)

Selamat memuisikan!

Saturday, October 5, 2013

Jadi #Selebtwit itu Rasanya...


Seminggu yang lalu saya serasa jadi selebtwit. Saya menggemparkan dunia melalui dunia yang disebut twitter, atau yang anak gaul sebutnya tuider.
Singkat cerita, saya telah membajak senior 2 tingkat di atas saya. 2010. Ya kalau di kampus, angkatan tersebut adalah angkatan yang statusnya sebagai ayah-ibu dari angkatan saya.
Isi bajakan saya adalah
"miss you dinda @siiyiyii"
Lalu dengan santainya, saya balas "miss u too kanda"
atau seperti ini (bagi kepoers: klik saja gambarnya, untuk zoom)

Bagaimana ceritanya?
Saat itu, saya bersama 3 orang lainnya sedang diskusi tentang tugas biostatistik dengan senior-yang-bersangkutan. Tapi kondisinya saat itu, saya telah menyelesaikan tugas tersebut. Dan kebetulan, itu terjadi di jam-jam magrib, kebetulannya lagi saya sedang tidak shalat.  Jadilah saya si kurang kerjaan yang membajak twitter senior-yang-bersangkutan. 

Kenapa isi bajakannya seperti itu?
Ya karena senior-yang-bersangkutan memang selalu kita godai karena sosoknya yang terlalu baik ke adinda-adindanya ini (maksud saya: kami), dan kami semua (kami semua ya, bukan kami berdua) juga menjadi cukup dekat karena hubungan kepanitiaan.
Sebenarnya saya juga berencana ngetweet "saya homo" atau "4qo3h C!nt@ k4Myu". Tapi saya takutnya itu sedikit berlebihan dan membuat si senior benar-benar marah.
Dan tentu saja, saya berani melalukan ini karena saya pikir senior-yang-bersangkutan tidak cukup eksis di dunia pertwitteran mengingat beliau sepertinya jarang nyampah alias ngetweet di twitter. TAPI TERNYATA SAYA SALAH BESAR!

Apa yang terjadi setelah itu?
Jelas saya menjadi buah bibir sensasi terhot sefakultas. Menjadi perbincangan hangat setiap jam. #heleh-_-
Sehari pasca kejadian, tepatnya selepas mata kuliah biostatistik, saya diculik Presinden BEM. Lalu diintrogasi! Kemudian diculik teman teman sejurusan senior-yang-bersangkutan. Lalu diintrogasi! Bahkan beberapa hari kemudian diculik senior dari prodi lain. Lalu diintrogasi!

Sedikit interupsi, ini juga bukan sekadar hasil perbuatan saya. Tapi 2 orang teman saya dan satu senior lainnya turut andil dalam terjebaknya saya di suramnya masalah ini.


Tapi bagaimanapun saya tahu saya salah. Dan setiap ketemu senior-yang-bersangkutan saya tahu saya wajib meminta maaf. Mian haeyo, kanda.
Dengan ini saya memohon maaf atas hilangnya akal sehat dan segala kekhilafan saya kepada kakanda dan kakandi sekalian. Maafkan perbuatan nista saya ini.

Dan dengan ini pula saya resmi mengundurkan diri dari Perbajakan Association. Wassalam.

Saturday, September 28, 2013

Boleh Saya Menulis Lagi?


Saya telah melewati hibernasi yang panjang. Panjaaaaaang sekali...........
Postingan terakhir saya tercatat tanggal 5 Februari 2011. Sembilan ratus enam puluh empat hari alias dua puluh empat-dikali-sembilan ratus sekian jam yang lalu. Saya sendiri heran, kenapa saat buka blog ini tidak ada sarang laba-laba, lumut, kecoa di dalamnya.
Jadi ingat masa SMA. Sejak pertama kali bilang ke kak Tyar tentang mau nulis blog, dia penah bilang jangan panas-panas tahi ayam, ya! Dan sepertinya saya tidak mendengar kata jangannya.

Buat kamu kamu yang bertanya kenapa saya mau menulis lagi? Dapat hidayah darimana? Dengar pencerahan dari siapa? Jawannya ada pada teman saya yang kemarin bilang
"Eh Rin, kemarin saya baca blogmu!"
"Oh ya? Padahal sudah jarang saya isi. Tapi tidak hal-hal alaynya kan?" -mengingat SMA adalah masa teralay yang saya miliki.
"Hehe tidak ji."
Lantas hal tersebutlah yang memicu saya untuk kembali membuka laman blog saya-yang sudah kudisan dan karatan. Dan seketika sama muntah dua ember. Saya tahu dengan pasti teman saya telah berbohong. Keteralayan saya di masa lampau ternyata cukup tak terkendali.

So, sakarang saya ingin memperbaiki hidup. Mengubah masa yang gelap gulita ke masa yang terang benderang. Memperbaharui zaman jahiliyah ke era broadband. Menyunting bahasa sansekerta ke vikinisasi.

Jadi, setidaknya, orang yang melihat blog ini tidak akan berpikiran bahwa si penulis pastilah orang alay yang kemudian mati.
Akhir kata, saya tidak bisa menjanjikan tulisan yang baik, apalagi listrik dan angkutan umum yang digratiskan.
Salam salim!

Saturday, February 5, 2011

Secarik Catatan Kecil


Gue ga pernah nyangka semuanya bakal jadi seperti ini.
Gue ga pernah nyangka lo pergi secepat ini.
Gue ga pernah nyangka lo pergi sejauh itu.
Gue ga pernah nyangka lo ninggalin gue selamanya.
Gue ga pernah nyangka alur cerita kita seperti ini.
Gue ga pernah nyangka takdir sekejam ini sama kita.
Gue ga pernah nyangka akhir hubungan kita kayak gini.

Gue sayang sama lo, tapi ternyata Tuhan lebih sayang sama lo..

Tuhan.. Tolong sampaikan bahwa hari ini adalah hari saat dia pertama kali mengenal 'dunia' mengecap rasa 'hidup' walau kini dia telah terlupa.
Tuhan.. tolong lindungi dia..
dia kekasihku.

Special for my Khalifah Brenda Kuntjoro, pacarnya yang kini 'bersayap' tengah berulang tahun, Alm. Muh. Sri Sultan Raden Himash Allgery Igaagreina Raieza (EZO)

catatan kecil buat Brenda: Besok harus tersenyum yah! walau hari ini pertama kalinya kamu merayakannya dengan sendiri dan tangis.

Wednesday, February 2, 2011

William James Sidis ? Who is he kah?


William James Sidis adalah manusia biasa yang memiliki―otakIQ mencapai kisaran 250 – 300. saya ulang IQnya sekitar 250 sampai 300. wow!! Berarti mengalahkan otak sii Da Vinci, otak John Stuart Mills, otak siswa terpintarnya SMUNEL, otak guru matematikaku, otak Emak, otak Abah juga dan otak udang anaknya yang tersayang ini. Albert Einstein mah lewaat..
ini dia sii 250-300 itu !
Okeh. Mari berceritra sejenak sambil minum teh...
Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok pada usia 8 bulan. Pada usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu namanya menjadi langganan headline surat kabar : menulis beberapa buku sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomy dan astronomy. Pada usia 11 tahun Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda. Harvard pun kemudian terpesona dengan kejeniusannya ketika Sidis memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para professor matematika.

Lebih dasyat lagi (dahsyat nyamii) : Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia―macca toi kapanG ma'basa ogi'dan bisa menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan dalam sehari !! (tidak disebutkan bahasa kucing atau bahasa alien atau mungkin bahasa tubuh yang ia pelajari itu) Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Tetta Ayah, Boris Sidis ish ishh yang seorang Psikolog handal berdarah Yahudi. Boris sendiri juga seorang lulusan Harvard, murid psikolog ternama William James (Demikian ia kemudian memberi nama pada anaknya) Boris memang menjadikan anaknya sebagai contoh untuk sebuah model tidak laku pendidikan baru sekaligus menyerang sistem pendidikan konvensional yang dituduhnya telah menjadi biang keladi kejahatan, kriminalitas dan penyakit. Siapa yang sangka William Sidis kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, 46 tahunsebuah saat dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya, lagi eksis-eksisnya gitu. Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Ironis sangat memang. Orang kemudian menilai bahwa kehidupan Sidis tidaklah bahagia (tidak seperti aku yang selalu bahagia #abaikan). Popularitas dan kehebatannya pada bidang matematika membuatnya tersiksa (seperti saat ujian matematika tadi, saya malah disuruh maraton. Matematika benar-benar menyiksa #abaikansekalilagi).

Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Sidis memang sempat mengatakan kepada pers
―kenapa bukan kepada saya saja?bahwa ia membenci maraton saat matematika. Sesuatu yang selama ini telah melambungkan namanya karena maraton . Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya sedikit memiliki teman. Bahkan ia juga sering diasingkan oleh rekan sekampus. Tidak juga pernah memiliki seorang pacar ataupun istri. Gelar sarjananya tidak pernah selesai, ditinggal begitu saja. Ia kemudian memutuskan hubungan dengan keluarganya, mengembara dalam kerahasiaan, bekerja dengan gaji seadanya, mengasingkan diri dan menjadi bolang! Ia berlari jauh dari kejayaan masa kecilnya yang sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya bahwa hidupnya adalah hasil pemolaan orang lain. Namun, kesadaran memang sering datang terlambat. Kasian yah..

Mengharukan memang usaha Sidis. Ada keinginan kuat untuk lari dari pengaruh sang Ayah, untuk menjadi diri sendiri. Walau untuk itu Sidis tidak kuasa. Pers dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah berita. Kemanapun Sidis bersembunyi, pers pasti bisa mencium. Sidis tidak bisa melepaskan pengaruh sang ayah begitu saja. Sudah terlanjur tertanam sebagai sebuah bom waktu, yang kemudian meledakkan dirinya sendiri.
Ternyata orang yang jenius tak selamanya dapat hidup dengan bahagia dan menikmati kehidupanya!!

dan ini dia sii tak bahagia itu !


catetan kaki
Yang bercetak merah adalah inti dari cerita ini.
Hidup sii otak udang !

Detik tik!

 

DEAR WORDS Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez