Wednesday, February 2, 2011

William James Sidis ? Who is he kah?


William James Sidis adalah manusia biasa yang memiliki―otakIQ mencapai kisaran 250 – 300. saya ulang IQnya sekitar 250 sampai 300. wow!! Berarti mengalahkan otak sii Da Vinci, otak John Stuart Mills, otak siswa terpintarnya SMUNEL, otak guru matematikaku, otak Emak, otak Abah juga dan otak udang anaknya yang tersayang ini. Albert Einstein mah lewaat..
ini dia sii 250-300 itu !
Okeh. Mari berceritra sejenak sambil minum teh...
Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok pada usia 8 bulan. Pada usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu namanya menjadi langganan headline surat kabar : menulis beberapa buku sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomy dan astronomy. Pada usia 11 tahun Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda. Harvard pun kemudian terpesona dengan kejeniusannya ketika Sidis memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para professor matematika.

Lebih dasyat lagi (dahsyat nyamii) : Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia―macca toi kapanG ma'basa ogi'dan bisa menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan dalam sehari !! (tidak disebutkan bahasa kucing atau bahasa alien atau mungkin bahasa tubuh yang ia pelajari itu) Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Tetta Ayah, Boris Sidis ish ishh yang seorang Psikolog handal berdarah Yahudi. Boris sendiri juga seorang lulusan Harvard, murid psikolog ternama William James (Demikian ia kemudian memberi nama pada anaknya) Boris memang menjadikan anaknya sebagai contoh untuk sebuah model tidak laku pendidikan baru sekaligus menyerang sistem pendidikan konvensional yang dituduhnya telah menjadi biang keladi kejahatan, kriminalitas dan penyakit. Siapa yang sangka William Sidis kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, 46 tahunsebuah saat dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya, lagi eksis-eksisnya gitu. Sidis meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Ironis sangat memang. Orang kemudian menilai bahwa kehidupan Sidis tidaklah bahagia (tidak seperti aku yang selalu bahagia #abaikan). Popularitas dan kehebatannya pada bidang matematika membuatnya tersiksa (seperti saat ujian matematika tadi, saya malah disuruh maraton. Matematika benar-benar menyiksa #abaikansekalilagi).

Beberapa tahun sebelum ia meninggal, Sidis memang sempat mengatakan kepada pers
―kenapa bukan kepada saya saja?bahwa ia membenci maraton saat matematika. Sesuatu yang selama ini telah melambungkan namanya karena maraton . Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya sedikit memiliki teman. Bahkan ia juga sering diasingkan oleh rekan sekampus. Tidak juga pernah memiliki seorang pacar ataupun istri. Gelar sarjananya tidak pernah selesai, ditinggal begitu saja. Ia kemudian memutuskan hubungan dengan keluarganya, mengembara dalam kerahasiaan, bekerja dengan gaji seadanya, mengasingkan diri dan menjadi bolang! Ia berlari jauh dari kejayaan masa kecilnya yang sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya bahwa hidupnya adalah hasil pemolaan orang lain. Namun, kesadaran memang sering datang terlambat. Kasian yah..

Mengharukan memang usaha Sidis. Ada keinginan kuat untuk lari dari pengaruh sang Ayah, untuk menjadi diri sendiri. Walau untuk itu Sidis tidak kuasa. Pers dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah berita. Kemanapun Sidis bersembunyi, pers pasti bisa mencium. Sidis tidak bisa melepaskan pengaruh sang ayah begitu saja. Sudah terlanjur tertanam sebagai sebuah bom waktu, yang kemudian meledakkan dirinya sendiri.
Ternyata orang yang jenius tak selamanya dapat hidup dengan bahagia dan menikmati kehidupanya!!

dan ini dia sii tak bahagia itu !


catetan kaki
Yang bercetak merah adalah inti dari cerita ini.
Hidup sii otak udang !

1 comments:

Andy Tantono on April 11, 2011 12:12 AM said...

Cerita yang sangat menyentuh. Terima kasih sdh mau berbagi ya, Ririn. :)

Detik tik!

 

DEAR WORDS Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez