Thursday, April 8, 2010

Ririn Sayang Mama


Kala itu saat senja, setiba di rumah (pulang sekolah) saya melihat sehelai kain putih berkibar di depan rumah, beribu tanya menghantui kepalaku (ini pertanda buruk), saat melewati pintu rumah beberapa orang melihatku dengan penuh iba. sorot mataku langsung tertuju pada tubuh yang terbaring kaku dengan helaian kain putih bersih. kupandangi wajahnya, dia ibuku, IBUKU. mataku tak mampu lagi membendung air mata, tangis ku pecah. kugoncangkan tubuhnya yang tetap diam terpaku ''Mama.. Bangun.. ini Ririn mama.. Mama bangun.!!''.

Kupandangi dalam-dalam wajahnya yang pucat dengan goresan keriput. kupandangi matanya yang tak mampu lagi terbuka. kupandangi hidungnya yang tak mampu lagi manghembuskan nafas. kupandangi rambutnya yang tak sepenuhnya hitam. kupandangi bibirnya yang tak mampu lagi memanggilku. kukepalkan tanganku ke kedua tangannya yang tak mampu lagi menggenggamku erat. kusentuh kakinya yang dingin, sekejap ku teringat pada kalimat yang tak jarang ku dengar 'surga ada di telapak kaki ibu'

Semuanya sirna telah tiada. bahkan aku tak ada di sampingnya saat ia menghembuskan nafas terakhir, bahkan aku tak melihat senyuman d penghujung hidupnya, bahkan aku tak melihat pancaran sinar matanya sebelum mata itu tertutup selamanya, bahkan aku tidak mendengar kata terakhir darinya sebelum ia pergi *selama-lamanya*

3 bulan aku dalam rahimnya, rasa mual pusing tak ia hiraukan namun beliau tetap bahagia menjagaku. semakin lama perut mama semakin membesar, semakin sulit melakukan aktivitas. 9 bulan aku dalam kandungannya, rasa letih pegal ia abaikan namun beliau tetap menanti kelahiranku.

15 tahun yang lalu beliau melahirkanku, aku keluar dari rahimnya dibarengi dengan limpahan darahnya. Beliau tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kelahiranku, ia hanya berserah diri kepada Sang Maha Kuasa, Beliau rela mempertaruhkan nyawanya demi melahirkanku ke dunia yang fana ini. Betapa mulianya seorang ibu..

Saya lahir di dunia ini dengan tangisan bayi, mama mulai menghitung jemariku, sempurna. ada senyum dibalik itu. beliau tidak memperdulikan kondisinya yang lemah kala itu namun memperhatikan kondisi fisikku. Setelah 7 hari, Riri Suwahyuni Wahid itulah nama saya. Kemudian mama mulai mngajariku mengucap kata "mama" mulai mengajariku berjalan, mulai mengajariku banyak hal. semuanya tanpa kenal lelah tanpa pamrih..

Namun apa yang telah saya berikan padanya? APA?? bahkan terkadang aku membantah padanya, bahkan tak jarang nada suaraku lebih tinggi darinya, bahkan aku sering menghiraukan perintahnya, bahkan aku pernah melanggar larangannya! padahal semua itu untuk siapa? bukan untuk mama, tapi untuk saya! Hanya untuk saya ! pantaskah saya melakukan hal itu terhadap mama yang di setiap doanya terselip namaku? oh Tuhan durhaka kah saya ini? ampunilah ya Allah..

Kembali kupandangi mama..
Tuhan izinkan jantung mama kembali berdetak.
Tuhan izinkan darah mama kembali mengalir.
Tuhan izinkan nafas mama kembali berhembus.
Tuhan izinkan mata mama kembali terbuka.
Jika tidak, Tuhan berikanlah tempat terindah di pangkuanmu untuk mama saya!

tiba-tiba semuanya lenyap. Gelap.


.ini mimpi -mimpi terburuk- Namun mampu membuka mataku, menyadarkanku akan arti penting dari seorang mama. kini isak tangisku mulai terhenti (mungkin di mataku tak ada lagi tempat untuk air mata, telah dipenuhi semua pandangan sosok seorang ibunda) kupandangi wajah mama. benar, wajahnya telah berkeriput dan rambutnya mulai beruban. kukecup keningnya. Perlahan mata mama mulai terbuka (Alhamdulillah) beliau menatapku penuh makna, penuh kasih sayang. Lalu beliau memelukku, aku tertidur dalam dekapan hangatnya. sungguh kuingin membahagiakan mama di sisa hidupnya.
.RIRIN SAYANG MAMA.

0 comments:

Detik tik!

 

DEAR WORDS Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez