Buku puisi Adimas Immanuel akhirnya mendarat di kayu kayu meja belajarku. Menyatu dengan teman sejawatnya di puncak rak buku, di pucuk tumpukan. Seketika mataku berbinar bangga dihadiahi tanda tangan dan sepatah kata dari si penulis, kemudian hanyut-lebur akan puisi.
Saya ingin berbagi satu di antaranya. Yang sesuai judul saja, ya.
Pelesir Mimpi
Sungguh tak ada bayangan yang letih
mengikuti tuannya selain bayanganku.
Sementara aku disibukkan oleh apa
yang harus dipersiapkan jika tiba saatnya
kenangan merengek minta kaumerdekakan.
Sungguh tak dibutuhkan tas yang besar
tuk membawa tubuhku yang ringkas ini.
Aku bisa melipat dan menyelipkannya di
tumpukan baju dan foto lama ayah-ibu.
Nanti jika ada laut dan hutan yang menari
di surga pasir putih dadamu, kenalilah.
mereka ingatan-ingatan yang bertamasya
di antara bayang-bayang trauma dan trakoma.
Maka sebelum kematian byar-pet di mataku
biar aku mengabadikanmu, yang mengabaikanku.
***
Kelak jika kamu punya bukunya. Saya rekomendasikan para judul yang saya favoritkan: Kinanthi; Maskumambang; Memoar: Asing Dalam Sandiwara Masing-Masing; Penyair di Atas Segala Penyair; Riwayat Ikan dan Burung; Jika Cinta Benar-Benar Beralih dari Kita; Aku Sengaja Membiarkanmu Menebak Apa Maksudnya. (dan mungkin sepersekian lainnya yang belum terbaca makna)
Selamat memuisikan!